10 Sunnah Di Hari Raya
1. Bergembira
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu'anha, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuiku sedangkan di sisiku ada
dua anak perempuan kecil yang sedang bernyanyi dengan nyanyian Bu'ats. Lalu beliau Shallallahu'alaihi wasallam berbaring (bersandar di atas lengannya) di tempat tidur dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Masuklah Abu Bakar, lalu dia mengherdikku dan berkata: ‘Suara syaitan di sisi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam!?'
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian menghadap ke Abu Bakar seraya berkata :'Biarkan kedua anak perempuan itu'. Ketika ia telah lalai, aku memberi isyarat dengan mata kepada dua anak itu maka merekapun keluar".
Dalam riwayat lain:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita". [Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari 949, 952, 2097, 3530, 3931. Diriwayatkan juga oleh Muslim 892. Ahmad
6/134 dan Ibnu Majah 1898].
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata: "Dalam hadits ini ada beberapa faedah: Disyariatkan untuk memberikan kelapangan kepada keluarga pada hari-hari raya untuk melakukan berbagai hal yang dapat menyampaikan mereka pada kesenangan jiwa dan istirahatnya tubuh dari beban ibadah. Dan sesungguhnya berpaling dari hal itu lebih utama. Dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa menampakkan kegembiraan pada hari-hari raya
merupakan syi'ar agama.
2. Berhias
Berkata Ibnul Qayyim dalam "Zadul Ma'ad" (1/441):
Nabi memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar (melaksanakan shalat) pada
hari Idul Fithri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jum'at. Sekali waktu beliau memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) yang berwarna hijau, dan terkadang mengenakan burdah berwarna merah, namun bukan merah murni sebagaimana yang disangka sebagian
manusia, karena jika demikian bukan lagi namanya burdah. Tapi yang beliau kenakan adalah kain yang ada garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman.
3. Solat Eid (di tanah lapang)
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu 'anhu, ia berkata,
Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa keluar menuju mushalla (tanah lapang) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, maka pertama kali yang beliau lakukan adalah shalat ..." [Hadits Riwayat Bukhari (956), Muslim (889) dan An-Nasaa'i 3/187]
4. Makan sedikit sebelum Solat Eid
Dari Anas Radliallahu anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pergi (ke tanah lapang) pada hari Iedhul Fitri hingga beliau makan beberapa butir kurma". [Hadits Riwayat Bukhari 953, Tirmidzi 543, Ibnu Majah 1754 dan Ahmad 3/125, 164, 232]
5. Mandi sebelum Solat Eid
Dari Nafi' berkata:
Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari idul Fithri sebelum pergi ke mushalla tempat berkumpul manusia untuk sholat, di lapangan bila tidak hujan, red)" (Diriwayatkan Malik 1/177, Asy-Syafi'i 73 dan Abdurrazzaq 5754 dan sanadnya Shahih).
6. Tidak solat sunnah qabliyah, ba'diyah; tidak azan dan iqamah untuk solat eid
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:
Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam shalat dua raka'at pada hari Idul Fithri, beliau
tidak shalat sebelumnya dan tidak pula sesudahnya...." [Hadits Riwayat Bukhari 989, At-Tirmidzi 537, An-Nasa'i 3/193 dan Ibnu Majah 1291]
Dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu 'anhu ia berkata:
Aku pernah shalat dua hari raya bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
lebih dari sekali dua kali, tanpa dikumandangkan azan dan tanpa iqamah" [Riwayat Muslim 887, Abu Daud 1148 dan Tirmidzi 532].
7. Khutbah selepas solat eid
Ibnu Abbas berkata:
Aku menghadiri shalat Id bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu'anhum. Semua mereka melakukan shalat sebelum khutbah" [Riwayat Bukhari 963, Muslim 884 dan Ahmad 1/331 dan 346]
8. Pergi dan pulang musolla melaui jalan berlainan
Telah diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radliallahu 'anhu, ia berkata, "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari raya biasa mengambil jalan yang berlainan (ketika pergi dan ketika kembali dari mushalla-pen)" [Hadits Riwayat Bukhari 986].
9. Takbir ketika keluar dari rumah menuju ke musolla sehingga imam tiba
Ibnu Umar dahulu apabila pergi keluar pada hari raya Idhul Fithri dan Idhul Adha, beliau mengeraskan ucapan takbirnya sampai ke mushalla, kemudian bertakbir sampai imam datang. (HR Ad Daraquthni dan Ibnu Abi Syaibah dan selain mereka dengan sanad yang shahih. Lihat Irwa ‘ul Ghalil 650).
10. Ucapan selamat hari raya
Ibnu Qudamah dalam "Al-Mughni" (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata:
Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ
"Semoga Allah menerima dari kami dan darimu"
Imam Ahmad menyatakan: "Isnad hadits Abu Umamah jayyid (bagus)" [Lihat Al Jauharun Naqi 3/320. Berkata Suyuthi dalam 'Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan]
Wallahua'lam..
*Catatan dari penulisan Saudara Fariz di http://www.facebook.com/note.php?note_id=175599586216&ref=nf, dari buku Ahkaamu Al' Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, Ali Halabi
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu'anha, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuiku sedangkan di sisiku ada
dua anak perempuan kecil yang sedang bernyanyi dengan nyanyian Bu'ats. Lalu beliau Shallallahu'alaihi wasallam berbaring (bersandar di atas lengannya) di tempat tidur dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Masuklah Abu Bakar, lalu dia mengherdikku dan berkata: ‘Suara syaitan di sisi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam!?'
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian menghadap ke Abu Bakar seraya berkata :'Biarkan kedua anak perempuan itu'. Ketika ia telah lalai, aku memberi isyarat dengan mata kepada dua anak itu maka merekapun keluar".
Dalam riwayat lain:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita". [Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari 949, 952, 2097, 3530, 3931. Diriwayatkan juga oleh Muslim 892. Ahmad
6/134 dan Ibnu Majah 1898].
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata: "Dalam hadits ini ada beberapa faedah: Disyariatkan untuk memberikan kelapangan kepada keluarga pada hari-hari raya untuk melakukan berbagai hal yang dapat menyampaikan mereka pada kesenangan jiwa dan istirahatnya tubuh dari beban ibadah. Dan sesungguhnya berpaling dari hal itu lebih utama. Dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa menampakkan kegembiraan pada hari-hari raya
merupakan syi'ar agama.
2. Berhias
Berkata Ibnul Qayyim dalam "Zadul Ma'ad" (1/441):
Nabi memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar (melaksanakan shalat) pada
hari Idul Fithri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jum'at. Sekali waktu beliau memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) yang berwarna hijau, dan terkadang mengenakan burdah berwarna merah, namun bukan merah murni sebagaimana yang disangka sebagian
manusia, karena jika demikian bukan lagi namanya burdah. Tapi yang beliau kenakan adalah kain yang ada garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman.
3. Solat Eid (di tanah lapang)
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu 'anhu, ia berkata,
Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa keluar menuju mushalla (tanah lapang) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, maka pertama kali yang beliau lakukan adalah shalat ..." [Hadits Riwayat Bukhari (956), Muslim (889) dan An-Nasaa'i 3/187]
4. Makan sedikit sebelum Solat Eid
Dari Anas Radliallahu anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pergi (ke tanah lapang) pada hari Iedhul Fitri hingga beliau makan beberapa butir kurma". [Hadits Riwayat Bukhari 953, Tirmidzi 543, Ibnu Majah 1754 dan Ahmad 3/125, 164, 232]
5. Mandi sebelum Solat Eid
Dari Nafi' berkata:
Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari idul Fithri sebelum pergi ke mushalla tempat berkumpul manusia untuk sholat, di lapangan bila tidak hujan, red)" (Diriwayatkan Malik 1/177, Asy-Syafi'i 73 dan Abdurrazzaq 5754 dan sanadnya Shahih).
6. Tidak solat sunnah qabliyah, ba'diyah; tidak azan dan iqamah untuk solat eid
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:
Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam shalat dua raka'at pada hari Idul Fithri, beliau
tidak shalat sebelumnya dan tidak pula sesudahnya...." [Hadits Riwayat Bukhari 989, At-Tirmidzi 537, An-Nasa'i 3/193 dan Ibnu Majah 1291]
Dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu 'anhu ia berkata:
Aku pernah shalat dua hari raya bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
lebih dari sekali dua kali, tanpa dikumandangkan azan dan tanpa iqamah" [Riwayat Muslim 887, Abu Daud 1148 dan Tirmidzi 532].
7. Khutbah selepas solat eid
Ibnu Abbas berkata:
Aku menghadiri shalat Id bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu'anhum. Semua mereka melakukan shalat sebelum khutbah" [Riwayat Bukhari 963, Muslim 884 dan Ahmad 1/331 dan 346]
8. Pergi dan pulang musolla melaui jalan berlainan
Telah diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radliallahu 'anhu, ia berkata, "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari raya biasa mengambil jalan yang berlainan (ketika pergi dan ketika kembali dari mushalla-pen)" [Hadits Riwayat Bukhari 986].
9. Takbir ketika keluar dari rumah menuju ke musolla sehingga imam tiba
Ibnu Umar dahulu apabila pergi keluar pada hari raya Idhul Fithri dan Idhul Adha, beliau mengeraskan ucapan takbirnya sampai ke mushalla, kemudian bertakbir sampai imam datang. (HR Ad Daraquthni dan Ibnu Abi Syaibah dan selain mereka dengan sanad yang shahih. Lihat Irwa ‘ul Ghalil 650).
10. Ucapan selamat hari raya
Ibnu Qudamah dalam "Al-Mughni" (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata:
Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ
"Semoga Allah menerima dari kami dan darimu"
Imam Ahmad menyatakan: "Isnad hadits Abu Umamah jayyid (bagus)" [Lihat Al Jauharun Naqi 3/320. Berkata Suyuthi dalam 'Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan]
Wallahua'lam..
*Catatan dari penulisan Saudara Fariz di http://www.facebook.com/note.php?note_id=175599586216&ref=nf, dari buku Ahkaamu Al' Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, Ali Halabi
0 comments:
Post a Comment